Protestant Ethic

14,000,000 Leading Edge Experts on the ideXlab platform

Scan Science and Technology

Contact Leading Edge Experts & Companies

Scan Science and Technology

Contact Leading Edge Experts & Companies

The Experts below are selected from a list of 3027 Experts worldwide ranked by ideXlab platform

Febriani Luna - One of the best experts on this subject based on the ideXlab platform.

  • MAKNA SPIRITUAL ZAKAT BAGI MUZAKI DAN MUSTAHIK DI KELURAHAN TUATUNU INDAH, KOTA PANGKALPINANG
    'Universitas Bangka Belitung', 2020
    Co-Authors: Sari, Rani Dian, Rahman Bustami, Febriani Luna
    Abstract:

    Zakat merupakan sebuah ibadah maliah ijtima’iyah yang mempunyai tujuan kesejahteraan dunia dan akhirat. Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai salah satu rukun yang memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Hal ini berimplikasi pada spiritual individu baik muzaki maupun mustahik. Spiritual merupakan pemahaman keagamaan yang dogmatis bahwa segala perintah agama adalah perintah yang harus dilaksanakan sebagai bentuk kesadaran tauhid. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi makna spiritual zakat bagi muzaki dan mustahik di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinang. Penelitian ini menggunakan Teori Protestan Ethic dari Max Weber. Teori ini menjelaskan hubungan antara agama degan aktifitas ekonomi yang ada didalam masyarakat. Terdapat konsep utama dalam teori ini yaitu The Calling, dimana The Calling atau panggilan suci ini menimbulkan sebuah dampak kerja yang sungguh-sungguh tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga terdapat misi suci agar dirinya menjadi pilihan Tuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan data primer yang diperoleh dari wawancara dengan informan. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 18 orang yang terdiri dari muzaki dan mustahik di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinang. Hasil penelitian ini yaitu menjelaskan tentang aktifitas zakat di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinanag. Selain itu juga ditemukan makna spiritual zakat bagi muzaki diantaranya: zakat dimaknai dapat membersihkan dan menyuburkan harta, tabungan amal untuk akhirat. Kemudian ditemukan makna spiritual zakat bagi mustahik yaitu: zakat dimaknai sebagai rasa syukur kepada Allah, dan pertolongan Allah. Makna spiritual zakat bagi muzaki dan mustahik tersebut dalam perspektif Protestant Ethic didasari oleh the calling/panggilan suci untuk berubadah

Rani Dian Sari - One of the best experts on this subject based on the ideXlab platform.

  • Makna spiritual dan sosial ibadah zakat bagi muzaki dan mustahik di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinang (analisis perspektif Protestant Ethic Max Weber)
    2020
    Co-Authors: Rani Dian Sari
    Abstract:

    Zakat merupakan ibadah muamalah ijtima’iyah yaitu ibadah yang berkenaan dengan ekonomi keuangan masyarakat yang mempunyai kesejahteraan dunia dan akhirat. Hal ini tidak lepas dari habluminallah dan habluminannas. Ketika zakat dibahas kedalam dua dimensi ini, maka tidak lepas dari makna spiritual dan sosial yang terkandung dalam ibadah zakat. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan makna spiritual dan sosial ibadah zakat bagi muzaki dan mustahik di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinang. Teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini adalah teori Protestant Ethic dari Max Weber. Konsep Protestant Ethic dalam penelitian ini terdiri dari the calling dan hubungan agama dengan aktifitas ekonomi. Informan dalam penelitian ini adalah 17 orang yang terdiri dari Muzaki dan Mustahik di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal dari data primer dan sekunder. Kemudian, penelitian ini dianalisis melalui 3 tahap yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari lapangan bahwa mekanisme pelaksanaan zakat di Kelurahan Tuatunu Indah cenderung dilaksanakan secara personil oleh muzaki kepada mustahik dibandingkan melalui amil zakat. Adapun makna spiritual bagi muzaki yaitu membersihkan dan menyuburkan harta, tabungan amal untuk akhirat, dan manifestasi sifat mulia dan pemurah. Makna spiritual bagi mustahik adalah rasa syukur kepada Allah dan pertolongan Allah. Kemudian, untuk makna sosial zakat bagi muzaki yaitu membantu kaum ekonomi lemah, sedangkan makna sosial zakat bagi mustahik yaitu sebagai motivasi memperbaiki kondisi ekonomi. Selain itu, makna sosial zakat dipandang memiliki pemaknaan yang sama antara muzaki dan mustahik yaitu memperbaiki hubungan antar sesama atau mempererat solidaritas pada masyarakat Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinang

Sari, Rani Dian - One of the best experts on this subject based on the ideXlab platform.

  • MAKNA SPIRITUAL ZAKAT BAGI MUZAKI DAN MUSTAHIK DI KELURAHAN TUATUNU INDAH, KOTA PANGKALPINANG
    'Universitas Bangka Belitung', 2020
    Co-Authors: Sari, Rani Dian, Rahman Bustami, Febriani Luna
    Abstract:

    Zakat merupakan sebuah ibadah maliah ijtima’iyah yang mempunyai tujuan kesejahteraan dunia dan akhirat. Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai salah satu rukun yang memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Hal ini berimplikasi pada spiritual individu baik muzaki maupun mustahik. Spiritual merupakan pemahaman keagamaan yang dogmatis bahwa segala perintah agama adalah perintah yang harus dilaksanakan sebagai bentuk kesadaran tauhid. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi makna spiritual zakat bagi muzaki dan mustahik di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinang. Penelitian ini menggunakan Teori Protestan Ethic dari Max Weber. Teori ini menjelaskan hubungan antara agama degan aktifitas ekonomi yang ada didalam masyarakat. Terdapat konsep utama dalam teori ini yaitu The Calling, dimana The Calling atau panggilan suci ini menimbulkan sebuah dampak kerja yang sungguh-sungguh tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga terdapat misi suci agar dirinya menjadi pilihan Tuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan data primer yang diperoleh dari wawancara dengan informan. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 18 orang yang terdiri dari muzaki dan mustahik di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinang. Hasil penelitian ini yaitu menjelaskan tentang aktifitas zakat di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinanag. Selain itu juga ditemukan makna spiritual zakat bagi muzaki diantaranya: zakat dimaknai dapat membersihkan dan menyuburkan harta, tabungan amal untuk akhirat. Kemudian ditemukan makna spiritual zakat bagi mustahik yaitu: zakat dimaknai sebagai rasa syukur kepada Allah, dan pertolongan Allah. Makna spiritual zakat bagi muzaki dan mustahik tersebut dalam perspektif Protestant Ethic didasari oleh the calling/panggilan suci untuk berubadah

Rahman Bustami - One of the best experts on this subject based on the ideXlab platform.

  • MAKNA SPIRITUAL ZAKAT BAGI MUZAKI DAN MUSTAHIK DI KELURAHAN TUATUNU INDAH, KOTA PANGKALPINANG
    'Universitas Bangka Belitung', 2020
    Co-Authors: Sari, Rani Dian, Rahman Bustami, Febriani Luna
    Abstract:

    Zakat merupakan sebuah ibadah maliah ijtima’iyah yang mempunyai tujuan kesejahteraan dunia dan akhirat. Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai salah satu rukun yang memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Hal ini berimplikasi pada spiritual individu baik muzaki maupun mustahik. Spiritual merupakan pemahaman keagamaan yang dogmatis bahwa segala perintah agama adalah perintah yang harus dilaksanakan sebagai bentuk kesadaran tauhid. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi makna spiritual zakat bagi muzaki dan mustahik di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinang. Penelitian ini menggunakan Teori Protestan Ethic dari Max Weber. Teori ini menjelaskan hubungan antara agama degan aktifitas ekonomi yang ada didalam masyarakat. Terdapat konsep utama dalam teori ini yaitu The Calling, dimana The Calling atau panggilan suci ini menimbulkan sebuah dampak kerja yang sungguh-sungguh tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga terdapat misi suci agar dirinya menjadi pilihan Tuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan data primer yang diperoleh dari wawancara dengan informan. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 18 orang yang terdiri dari muzaki dan mustahik di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinang. Hasil penelitian ini yaitu menjelaskan tentang aktifitas zakat di Kelurahan Tuatunu Indah Kota Pangkalpinanag. Selain itu juga ditemukan makna spiritual zakat bagi muzaki diantaranya: zakat dimaknai dapat membersihkan dan menyuburkan harta, tabungan amal untuk akhirat. Kemudian ditemukan makna spiritual zakat bagi mustahik yaitu: zakat dimaknai sebagai rasa syukur kepada Allah, dan pertolongan Allah. Makna spiritual zakat bagi muzaki dan mustahik tersebut dalam perspektif Protestant Ethic didasari oleh the calling/panggilan suci untuk berubadah

Haber Stéphane - One of the best experts on this subject based on the ideXlab platform.

  • Au-delà du caractère. Sombart, Weber et la question des racines subjectives de la participation au capitalisme
    'OpenEdition', 2017
    Co-Authors: Haber Stéphane
    Abstract:

    On aborde la question des rapports entre néolibéralisme et subjectivité en revenant au débat entre Marx Weber et Werner Sombart au sujet du rapport entre régime économique et caractère psychologique dans le capitalisme. L’article commence par présenter la critique par Sombart de l’argumentation wébérienne concernant le rapport entre éthique Protestante et succès du capitalisme, et la manière dont Weber tente de répondre à cette critique. Il montre ensuite comment des recherches contemporaines donnent raison à la critique sombartienne, en soutenant l’idée selon laquelle la participation au capitalisme ne s’ancre pas des choix existentiels homogènes, mais dans une pluralité de dynamiques passionnelles qui ne sont nécessairement convergentes. Il plaide enfin pour une conception pluraliste de la personnalité et, corrélativement, pour une approche détotalisante du capitalisme, et partant du néolibéralisme.The relation between neoliberalism and subjectivity is examined through the lens of the older debate between Max Weber and Werner Sombart on the the relation between the economic regime and the psychological character in capitalism. The article first discusses the Sombartian critique of Weber’s argument concerning the relation between the Protestant Ethic and the success of capitalism, as well as the way Weber tries to answer to this critique. It shows then how contemporary researches give good reasons to a Sombartian approach of this problem, since the participation to capitalism does not rely on homogeneous existential choices but on the basis of a plurality of passions that are not necessarily convergent. It defends finally a pluralistic conception of plurality, and correlatively a detotalizing approach of capitalism and subsequently of neoliberalism