The Experts below are selected from a list of 12876 Experts worldwide ranked by ideXlab platform
Agnes Meszaros - One of the best experts on this subject based on the ideXlab platform.
-
trends in the non steroidal anti inflammatory drug market in six central eastern european countries based on retail information
Pharmacoepidemiology and Drug Safety, 2010Co-Authors: Andras Inotai, Balazs Hanko, Agnes MeszarosAbstract:Purpose The objective of this study was to evaluate the non-steroidal anti-inflammatory drug market of six Central and Eastern European countries. Trends and similarities were compared across the examined countries. Methods The Intercontinental Marketing Service Health database was used to determine consumption data between the years 2000 and 2007. We applied the anatomical therapeutical chemical-Defined Daily Dose method, focussing on three major non-steroidal anti-inflammatory drug groups: conventional non-steroidal anti-inflammatory drugs, ‘stronger cyclooxygenase 2 inhibitors’ (all together as: non-cyclooxygenase 2 selective non-steroidal anti-inflammatory drugs) and selective cyclooxygenase 2 inhibitors. The main outcome measure was Defined Daily Dose/1000 inhabitants/day. Different active agents have been distinguished between the three major groups. Results In total the non-steroidal anti-inflammatory drug group reached a 42.82–74.17 Defined Daily Dose/1000 inhabitants/day volume in 2007, with an average total increase of 25.1% between 2002 and 2007. In the conventional non-steroidal anti-inflammatory drug group, diclofenac and ibuprofen have attained the highest consumption. Our results show a notable increase (325%, 2002–2007) of the ‘stronger cyclooxygenase 2 inhibitor group’ (nimesulide and meloxicam). Trends of selective cyclooxygenase 2 inhibitor volumes differ within the observed countries. Conclusion Differences in the six countries concerning their NSAID consumption and market trends could not be explained with the inequalities in patient characteristics. The conventional NSAID retail gave the majority of the total NSAID market. The consumption of selective COX2 inhibitors in all of the six countries were much lower than in the US or Australia. The NSAID risk profile in the region is comparable to previous studies in other countries. Copyright © 2009 John Wiley & Sons, Ltd.
Aris Widayati - One of the best experts on this subject based on the ideXlab platform.
-
evaluasi penggunaan antibiotika dengan metode ddd Defined Daily Dose pada pasien anak rawat inap di sebuah rumah sakit pemerintah di yogyakarta periode januari juni 2013
Media Farmasi: Jurnal Ilmu Farmasi, 2014Co-Authors: Maria Carolina, Aris WidayatiAbstract:Antibotika banyak diresepkan pada pasien anak. Penggunaan antibiotika yang berlebihan berkontribusi pada resistensi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap di sebuah rumah sakit pemerintah di Yogyakarta menggunakan metode DDD (Defined Daily Dose). Jenis dan rancangan penelitian adalah deskriptif cross-sectional,dengan data retrospektif. Data penggunaan antibiotika diperoleh dari 249 rekam medik periode rawat Januari – Juni 2013 yang dipilih dengan metode simple random sampling. Data yang diambil meliputi profil pasien, diagnosis, dan peresepan antibiotika. Kuantitas penggunaan antibiotika dihitung dengan rumus DDD 100 patient-days. Data dianalisis secara deskriptif.Hasil penelitian menemukan 28 jenis antibiotika yang diresepkan, dengan total nilai DDD 100 patient-days sebesar 41,99. Nilai DDD tertinggi yaitu ampisilin (10,33) dan merupakan antibiotika yang paling sering diresepkan (13,9%).Dapat dikatakan bahwa pemilihan antibiotika di rumah sakit tersebut masih belum selektif. Kata kunci : antibiotika, metode DDD (Defined Daily Dose), pasien anak
-
evaluasi penggunaan antibiotika dengan metode ddd Defined Daily Dose pada pasien anak rawat inap di sebuah rumah sakit pemerintah di yogyakarta periode
2013Co-Authors: Maria Carolina, Aris Widayati, Fakultas FarmasiAbstract:Antibiotic prescriptionis common among pediatric patients. Overuse of antibiotics contributes on antimicrobial resistance. Objective of this study is to evaluate the use of antibiotics in pediatric patients using DDD (Defined Daily Dose) method.This is a descriptive study with cross-sectional design and retrospective approach. Data were obtained from 249 medical records of pediatric patients hospitalized during January to June 2013, which were selected using a simple random sampling method in a government-owned hospital in Yogyakarta. Data included patients’ profiles, diagnoses and antibiotic prescriptions. Quantity of antibiotics prescribedwas calculated using DDD 100 patient-days. Data were
Maria Carolina - One of the best experts on this subject based on the ideXlab platform.
-
evaluasi penggunaan antibiotika dengan metode ddd Defined Daily Dose pada pasien anak rawat inap di sebuah rumah sakit pemerintah di yogyakarta periode januari juni 2013
Media Farmasi: Jurnal Ilmu Farmasi, 2014Co-Authors: Maria Carolina, Aris WidayatiAbstract:Antibotika banyak diresepkan pada pasien anak. Penggunaan antibiotika yang berlebihan berkontribusi pada resistensi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap di sebuah rumah sakit pemerintah di Yogyakarta menggunakan metode DDD (Defined Daily Dose). Jenis dan rancangan penelitian adalah deskriptif cross-sectional,dengan data retrospektif. Data penggunaan antibiotika diperoleh dari 249 rekam medik periode rawat Januari – Juni 2013 yang dipilih dengan metode simple random sampling. Data yang diambil meliputi profil pasien, diagnosis, dan peresepan antibiotika. Kuantitas penggunaan antibiotika dihitung dengan rumus DDD 100 patient-days. Data dianalisis secara deskriptif.Hasil penelitian menemukan 28 jenis antibiotika yang diresepkan, dengan total nilai DDD 100 patient-days sebesar 41,99. Nilai DDD tertinggi yaitu ampisilin (10,33) dan merupakan antibiotika yang paling sering diresepkan (13,9%).Dapat dikatakan bahwa pemilihan antibiotika di rumah sakit tersebut masih belum selektif. Kata kunci : antibiotika, metode DDD (Defined Daily Dose), pasien anak
-
evaluasi penggunaan antibiotika dengan metode ddd Defined Daily Dose pada pasien anak rawat inap di sebuah rumah sakit pemerintah di yogyakarta periode
2013Co-Authors: Maria Carolina, Aris Widayati, Fakultas FarmasiAbstract:Antibiotic prescriptionis common among pediatric patients. Overuse of antibiotics contributes on antimicrobial resistance. Objective of this study is to evaluate the use of antibiotics in pediatric patients using DDD (Defined Daily Dose) method.This is a descriptive study with cross-sectional design and retrospective approach. Data were obtained from 249 medical records of pediatric patients hospitalized during January to June 2013, which were selected using a simple random sampling method in a government-owned hospital in Yogyakarta. Data included patients’ profiles, diagnoses and antibiotic prescriptions. Quantity of antibiotics prescribedwas calculated using DDD 100 patient-days. Data were
Andriana Sari - One of the best experts on this subject based on the ideXlab platform.
-
studi penggunaan antibiotika pasien pneumonia anak di rs pku muhammadiyah yogyakarta dengan metode Defined Daily Dose ddd
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan, 2016Co-Authors: Andriana Sari, Indah SafitriAbstract:Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran napas yang paling sering terjadi. Pengobatan pneumonia pada umumnya dilakukan dengan terapi empiris yaitu menggunakan antibiotika spektrum luas. Tingginya konsumsi antibiotika berkontribusi pada resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitas penggunaan dan jenis penggolongan antibiotika dengan menggunakan metode Defined Daily Dose (DDD) pada pasien pneumonia anak rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Desember 2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif yang didasarkan pada lembar rekam medik pada tahun 2014. Penelitian ini dilakukan terhadap 87 pasien pneumonia anak yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 jenis antibiotika yang digunakan. Total nilai penggunaan antibiotika sebesar 24,51 DDD/100 patient-days. Kuantitas penggunaan antibiotika tiga terbesar yaitu Cefotaxime 14,64 DDD/100 patient-days, Ampicillin 4,06 DDD/100 patient-days, dan Ceftazidime 1,84 DDD/100 patient-days. Berdasarkan perhitungan kuantitas penggunaan antibiotika yang pemakaiannnya paling besar untuk pasien pneumonia anak rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Desember 2014 adalah cefotaxime 14,64 DDD/100 patient-days.
-
hasil peer review teman sejawat studi penggunaan antibiotika pasien pneumonia anak di rs pku muhammadiyah yogyakarta dengan metode Defined Daily Dose ddd
2016Co-Authors: Andriana Sari, Inda SafitriAbstract:Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran napas yang paling sering terjadi. Pengobatan pneumonia pada umumnya dilakukan dengan terapi empiris yaitu menggunakan antibiotika spektrum luas. Tingginya konsumsi antibiotika berkontribusi pada resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitas penggunaan dan jenis penggolongan antibiotika dengan menggunakan metode Defined Daily Dose (DDD) pada pasien pneumonia anak rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Desember 2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif yang didasarkan pada lembar rekam medik pada tahun 2014. Penelitian ini dilakukan terhadap 87 pasien pneumonia anak yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 jenis antibiotika yang digunakan. Total nilai penggunaan antibiotika sebesar 24,51 DDD/100 patient-days. Kuantitas penggunaan antibiotika tiga terbesar yaitu Cefotaxime 14,64 DDD/100 patient-days, Ampicillin 4,06 DDD/100 patient-days, dan Ceftazidime 1,84 DDD/100 patient-days. Berdasarkan perhitungan kuantitas penggunaan antibiotika yang pemakaiannnya paling besar untuk pasien pneumonia anak rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Desember 2014 adalah cefotaxime 14,64 DDD/100 patient-days. Kata Kunci: Antibiotika, Anak, Pneumonia, Metode Defined Daily Dose
Novan Yusuf Indra Pratama - One of the best experts on this subject based on the ideXlab platform.
-
analisis penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap bedah dengan menggunakan Defined Daily Dose dan drug utilization 90 di rumah sakit universitas airlangga
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 2019Co-Authors: Novan Yusuf Indra Pratama, Budi Suprapti, Azril O Ardhiansyah, Dewi Wara ShintaAbstract:Tingkat kematian akibat resistensi terhitung cukup tinggi dan hal ini disebabkan tingginya angka ketidaktepatan dalam terapi antibiotik. Penelitian Antimicrobial Resistance in Indonesia (AMRIN) menunjukkan 42% penggunaan antibiotik terindikasi tidak tepat pada pasien bedah. Penggunaan antibiotik secara bijak merupakan solusi atas masalah resistensi antibiotik. World Health Organization (WHO)dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merekomendasikan penggunaan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) untuk menilai kuantitas penggunaan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai DDD dan Drug Utilization (DU) 90% dari antibiotik. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan pengambilan data secara retrospektif yang dilakukan pada November 2016–April 2017 di Rumah Sakit Universitas Airlangga dan data dianalisis menggunakan metode DDD dan DU 90%. Sampel diambil dengan cara total sampling . Sebanyak 463 pasien menjadi sampel pada penelitian ini, dengan 381 pasien mendapatkan antibiotik profilaksis dan 82 pasien mendapatkan antibiotik terapi. Sefazolin merupakan antibiotik profilaksis yang memiliki DDD tertinggi yaitu 69,08/100 operasi dengan lama pemberian sebagian besar dihentikan dalam waktu kurang dari 24 jam post -operasi (82,41%). Antibiotik profilaksis yang masuk segmen DU 90% adalah sefazolin dan seftriakson. Antibiotik terapi yang memiliki DDD tertinggi adalah seftriakson dengan 52,62/100 patient-days dan antibiotik yang masuk segmen DU 90% adalah seftriakson, metronidazol, sefazolin dan meropenem. Kata kunci: Antibiotik, Defined Daily Dose , DU 90%, pasien bedah Analysis of Antibiotic Use in Surgical Inpatients Using Defined Daily Dose and DU 90% at Universitas Airlangga Hospital Abstract Antibiotic resistance is causing high mortality rates throughout the world and resulted from inappropriate use of antibiotics therapy. Antimicrobial Resistance in Indonesia (AMRIN) study showed that there were 42% of inappropriate antibiotic use in surgical patients. Prudent antibiotics use is one of the solution to resolve this problem. Ministry of Health of Indonesia and World Health Organization (WHO) recommend Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) as quantitative evaluation of antibiotics to evaluate the appropriateness of antibiotics use. This study aimed to determine the value of DDD and Drug Utilization (DU) 90% of antibiotics used in surgical patients. This research was conducted using cross-sectional design with retrospective data collection during November 2016–April 2017 at Universitas Airlangga Hospital, and data were analyzed using the DDD method and DU 90%. Sample were collected using total sampling method. A total of 463 patients included as samples in this study, of which 381 patients received prophylactic antibiotic and 82 patients received therapeutic antibiotics. Cefazolin was prophylactic antibiotic with highest DDD of 69.08/100 operations and duration of administration was mostly stopped in less than 24 hours post-operatively (82.41%). Prophylactic antibiotics included in DU 90% segment were cefazoline and ceftriaxone. Therapeutic antibiotic with highest DDD was ceftriaxone with 52.62/100 patient-days. Therapeutic antibiotics included in DU 90% segment were ceftriaxone, metronidazole, cefazolin and meropenem. Keywords: Antibiotic, Defined Daily Dose, DU90%, surgical inpatients
-
analisis penggunaan antibiotika pada pasien rawat inap bedahdengan menggunakan Defined Daily Dose penelitian di rumah sakit universitas airlangga
2017Co-Authors: Novan Yusuf Indra PratamaAbstract:Resistensi adalah masalah terbesar dalam terapi antibiotika. Pada negara maju, tingkat kematian akibat resistensi terhitung tinggi. Penelitian di Amerika Serikat mencatat sekitar 23.000 kematian setiap tahunnya, sementara di Eropa mencapai 25.000 kematian per tahun. Data resistensi menunjukkan bahwa 70% bakteri penyebab infeksi di rumah sakit telah resisten terhadap minimal satu antibiotika yang digunakan. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat merupakan faktor resiko berkembangnya resistensi. Penelitian di rumah sakit Istanbul menyatakan ketidaktepatan penggunaan antibiotika di unit bedah lebih tinggi dibandingkan unit penyakit dalam, selain itu, penelitian AMRIN menunjukkan sebesar 42% penggunaan antibiotika pada pasien bedah terindikasi kurang tepat. Evaluasi kuantitas antibiotika merupakan salah satu upaya untuk mendorong penggunaan antibiotika secara bijak. ATC/DDD adalah metode yang direkomendasikan kemenkes dan WHO. ATC/DDD dapat digunakan untuk membandingkan penggunaan obat antar wilayah, negara, fasilitas kesehatan dan mengidentifikasi missuse, underuse, dan overuse. Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pola penggunaan, trend penggunaan dan Nilai DDD antibiotika pada pasien bedah. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross-sectional pada pasien bedah yang mendapatkan terapi antibiotika di Rumah sakit Universiitas Airlangga selama 1 November 2016 sampai 30 April 2017 Hasil Penelitian menunjukkan jumlah sampel sebanyak 464 pasien. Pasien yang mendapatkan antibiotika profilaksis sebanyak 379 pasien, sementara pasien yang mendapatkan antibiotika terapi sebanyak 83 pasien. Antibiotika profilakis yang paling banyak digunakan adalah sefazolin 2 gram, lama pemberian antibiotika profilaksis sebagian besar dihentikan dalam waktu kurang dari 24 jam post operasi. Antibiotika terapi untuk terapi tunggal yang paling banyak digunakan adalah seftriakson sementara untuk terapi kombinasi adalah seftriakson dan metronidazol. Sebagian besar pemberian antibiotika pada pasien bedah telah sesuai dengan pedoman pemberian antibiotika. Trend penggunaan menunjukkan sefazolin adalah antibiotika profilaksis yang paling banyak digunakan setiap bulan, sementara untuk antibiotika terapi yang paling banyak digunakan pada November 2016 sampai Januari 2017 adalah seftriakson, pada bulan Februari sampai Maret 2017 adalah kombinasi seftriakson metronidazol, dan pada bulan April 2017 adalah sefazolin. Sefazolin merupakan antibiotika profilaksis yang memiliki nilai DDD tertinggi yaitu 19,00/100 patient-days. Antibiotik terapi yang memiliki nilai DDD tertinggi adalah seftriakson dengan nilai 53,64/100 patient-days. Kedepan diharapkan dapat dilakukan penelitian serupa di rumah sakit lain, dan perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait evaluasi kualitas penggunaan antibiotika.